Sabtu, 26 Januari 2019

MODEL PEMBELAJARAN SENTRA ANAK USIA DINI


MODEL PEMBELAJARAN SENTRA
ANAK USIA DINI

Description: Image result for logo stkip muhammadiyah bogor

KELOMPOK 2
Diajukan Untuk  Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembuatan APE
Oleh:
Neni Indriyani (0142S1D017057)

Dosen Pengampu : Irna, S. TP., M. Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-PAUD)
STKIP MUHAMMADIYAH BOGOR
TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

       Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
       Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembuatan APE dengan dosen pengampu Ibu Irna, S. TP., M.Pd..
       Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini.

                                                                                          Bogor,    Nopember  2018

                                                                                                
   Penulis













DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................  i
Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .........................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Sentra ........................................  2
B. Macam-Macam Sentra Dalam Model Pembelajaran Sentra ..........  2
BAB III PENUTUP ...................................................................................  6
Lampiran ..................................................................................................... 7













                       

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain  itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.
Masa-masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna. Berdasarkan karakteristik anak, Sujiono (2009:215) terdapat berbagai model pembelajaran anak usia dini yang dapat dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Model-model pembelajaran pada anak usia dini antara lain; model keterampilan hidup, model area, model kelompok, model sudut, model klasikal, model BCCT (Beyond Centre and Circle Time) atau sering disebut model pembelajaran sentra. Pada dasarnya setiap model pembelajaran PAUD mempunyai kelebihan dan kekurangan. Model keterampilan hidup, model ini berorientasi pada pengembangan keterampilan hidup umum (general life skill).
B.  Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian model pembelajaran berbasis sentra?
  2. Apa saja jenis-jenis sentra?
  3. Apa APE yang bisa digunakan di masing-masing sentra?






BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra di kenal di Indonesia oleh Dr. Pamela Phelp dari Florida. Bermain di pandang sebagai kerja otak sehingga anak di beri kesempatan untuk memeulai dari mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya “Start and finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan anak diberi keleleuasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman tentang dunia sekelilingnya.
Model pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan sentra bermain pada saat pembelajaran. Sentra bermain merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi berbagai kegiatan bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan dirancang terlebih dahulu.
Sentra memungkinkan anak untuk melakukan manipulasi terhadap berbagi obyek, terlibat dalam role playing saling bercakap-cakap dengan teman-temannya, bereksplorasi, berinteraksi secara fisik, emosional, sosial dan secara kognitif serta kegiatan variatif yang menarik lainnya. Sentra memberikan kesempatan pada anak untuk bermain baik secara individual, kelompok kecil maupun kelompok besar dan bahkan secara klasikal.

B.   Macam-macam Sentra dalam Model Pembelajaran Sentra
Pada model pembelajaran sentra ada beberapa macam sentra. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan sangat disesuaikan dengan berbagai multi kecerdasan yang akan dikembangkan antara lain :

1. Sentra Imtaq (Keimanan dan Ketaqwaan)
Pada sentra ini berisi berbagai kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai agama, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Engklek Pelangi (APE untuk AUD)


ENGLEK PELANGI





Bahan dan Alat:
  1. Kain flanel
  2. Pelkro
  3. Gunting
  4. Kertas Karton
  5. Lem tembak
  6. Gunting
  7. Pensil
Cara Membuat:
  1. Buat pola di atas kertas karton
  2. Tempelkan pola di kain flanel
  3. Gunting kain flanel sesuai dengan pola yang dibuat.
  4. Susun flanel sesuai dengan yang diinginkan dan tempel dengan lem tembak.

Jumat, 25 Januari 2019

PROSES PEMEROLEHAN BAHASA ANAK


PROSES PEMEROLEHAN
BAHASA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG
Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara. Meskipun cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum yang terjadi pada hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak, perkembangan bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan individual dalam pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa anak, khususnya pada waktu mereka belajar membaca dan menulis permulaan. Sehingga Pemerolehan bahasa pertama anak dan perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik dan orang tua.

B.           RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian pemerolehan bahasa anak?
2.      Bagaimanakah pemerolehan bahasa pertama anak?
3.      Bagaimanakah proses pemerolehan bahasa pertama anak?
4.      Bagaimanakah Bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa anak-anak?
5.      Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan bahasa anak?
6.      Faktor apa sajakah yang mempengaruhi bahasa anak?

C.     TUJUAN



BAB II
PEMBAHASAN


A.       PENGERTIAN PEMEROLEHAN BAHASA
Pemerolehan bahasa terbentuk dari kata "pemerolehan" dan kata "bahasa". Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pemerolehan bermakna proses, cara, perbuatan memperoleh. Kata memperoleh tersebut di dalam KBBI bermakna mencapat (mencapai dst) sesuatu dengan usaha. Dengan demikian maka pemerolehan bermakna proses, cara, perbuatan mencapat sesuatu dengan usaha.
Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan pemerolehan bahasa ini ditandai oleh hal-hal berikut.
1.      Berlangsung dalam situasi informal,tanpa beban, dan di luar sekolah.
2.      Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3.      Dilakukan tanpa sadar.
4.      Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna.

B.       PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).
C.           TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK
Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa pertama dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya. Bahasa pertama di perolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa.
1.      Vokalisasi Bunyi
Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dekur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas. Bunyi yang dihasilkan oleh bayi ini adalah bunyi-bunyi prabahasa/dekur/vokalisasi bahasa/tahap cooing.
Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celoteh merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da. Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti. Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan vokal dan konsonan yang berbeda. Mereka juga mulai mencampur konsonan dengan vokal. Begitu anak melewati periode mengoceh, mereka mulai menguasai segmen-segmen fonetik ( memproduksi bunyi)  yang merupakan balok bangunan yang dipergunakan untuk mengucapkan perkataan. Mereka belajar bagaimana mengucapkan kata-kata.
Tahap celoteh ini penting artinya karena anak mulai belajar menggunakan bunyi-bunyi ujaran yang benar dan membuang bunyi ujaran yang salah. Dalam tahap ini anak mulai menirukan pola-pola intonasi kalimat yang diucapkan oleh orang dewasa.
2.      Tahap Satu-Kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini). Mula-mula, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ, tetapi sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan “Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama”.
Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-konsonan yang mudah dilafalkan seperti m,p,s,k dan vokal-vokal seperti a, i, u, e, o.
3.      Tahap Dua-Kata, Satu Frase
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.

4.      Ujaran Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa.

D.          BAHASA INDONESIA DALAM PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
ANAK
1.    Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama
Bahasa pertama seringkali disebut dengan bahasa ibu. Penggunaan istilah bahasa ibu perlu mendapatkan koreksi karena dalam hal ini terdapat berbagai kasus yang pada akhirnya menggugurkan istilah bahasa ibu sehingga bahasa pertama disingkat menjadi B1. bahasa pertama yang diperkenalkan adalah bahasa Indonesia karena bahasa itulah yang pertama kali dikenal dan dikuasai anak sebagai sarana komunikasi verbalnya sejak bayi.
Jika diamati, gejala seperti itu banyak kita jumpai pada saat ini, terutama pada keluarga yang tinggal di kota besar atau di kota kecil. Hal tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
a)      Perkawinan antarpenutur bahasa yang berbeda. Masing-masing pihak-pihak tidak saling memahami bahasa daerah pasangannya.
b)      Perkawinan antarpenutur bahasa daerah yang sama dengan situasi berikut.
c)      Lingkungan sosial sekitar keluarga menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi.
d)     Lingkungan masyarakat sekitar menggunakan bahasa daerah yang tidak dikuasai oleh keluarga itu (keluarga pendatang).
e)       Lingkungan menggunakan bahasa daerah yang sama dengan bahasa keluarga itu. Oleh karena pertimbangan praktis tertentu maka bahasa yang digunakan dalam keluarga itu bahasa Indonesia.
f)       Perkawinan antarpenutur yang hanya menguasai bahasa Indonesia.
2.  Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua
Pemerolehan 2 bahasa oleh seorang anak dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu memperoleh bahasa secara serempak dan berurut. Pemerolehan 2 bahasa secara serempak terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masayarakat bilingual (menggunakan 2 bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari 2 bahasa). Anak mengenal, mempelajari, dan menguasai kedua bahasa secara bersamaan.
Pemerolehan berurut 2 bahasa terjadi apabila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relatif berjauhan. Keberhasilan dari bahasa kedua ini ditentukan beberapa faktor, yaitu faktor motivasi, usia, penyajian formal, bahasa pertama, serta lingkungan.

E.             TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Menurut buku Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006 ) Tahap perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik.
1.      Tahap Pralinguistik (Masa Meraban)
Pada tahap ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi – bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata dan makna tertentu.



Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang dialami oleh anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke dalam dua tahapan, yaitu:
a.       Tahap Meraba Pertama
Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.
b.      Tahap Meraba Kedua
Usia 6 – 12 bulan, anak  mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya berupa pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba ba/,ma ma ma/, dad a da.Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan sampai satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakan – gerakan. Cara berkomunikasi pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh, tersenyum dan menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat atau menunjuk.
2.      Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni:
a.       Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini disebut holofrase, karena anak – anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu.






Contoh :
VERSI SATU KATA
VERSI LENGKAP
Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya)
Minta (mau) minum
Akut! (sambil menunjuk laba - laba)
Saya takut laba – laba
Takit!(sambil mengacungkan jarinya)
Jariku sakit










b.      Ucapan Dua Kata
Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini memasuki tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta. Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah kata – kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.
Contoh :
VERSI 2 KATA
VERSI LENGKAP
Mamah, makan!
Mama, saya mau makan
Ajar, bobo!
Fajar mau tidur!
Bapa, ana?
Bapak mau pergi ke mana?
Mau ueh!
Saya mau kueh!

c.       Pengembangan Tata Bahasa
Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini ditandai dengan penggunaan kalimat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh anak usia sekita 2 sampai 5 tahun.

d.      Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5 – 10 tahun. Pada tahap ini anak – anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit.
Tahap – tahap perkembangan di atas, berkembang pula penguasaan mereka atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu, terdiri atas subsistem berikut:
a)      Fonologi yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi – bunyi tersebut sebagai sesuatu yang bermakna.
b)      Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsure tuturan.
c)      Semantik leksikal(kosa kata) yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu kepada sesuatu hal.
d)     Pragmatik yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan.

F.           FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1.      Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2.      Pola Komunikasi Dalam Keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
3.      Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4.      Posisi Urutan Kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5.      Pemakaian dua bahasa
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.


















BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.      Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal
2.      Posisi bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa anak disajikan dalam gambaran umum sebagai berikut,
1)      Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama
2)      Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua
3.      Menurut buku Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006) Tahap perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik
1)      Tahap Pralinguistik (Masa Meraban)
a)      Tahap Meraba Pertama
b)      Tahap Meraba Kedua
2)      Tahap Linguistik
a)      Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
b)      Ucapan Dua Kata
c)      Pengembangan Tata Bahasa
d)     Tata Bahasa Menjelang Dewasa
4.      Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1)      Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
2)      Pola Komunikasi Dalam Keluarga
3)      Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga
4)      Posisi Urutan Kelahiran
5)      Kedwibahasaan(Pemakaian dua bahasa)




DAFTAR PUSTAKA

1.       Campbel, dkk. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press
2.       Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
3.       Dardjowidjojo, Soenjonp. 2005. Psikolinguistik:Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor

Referensi