BAHASA ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Anak-anak
belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara. Meskipun cara anak
yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum yang terjadi pada
hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak,
perkembangan bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan
individual dalam pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan
pembelajaran bahasa anak, khususnya pada waktu mereka belajar membaca dan
menulis permulaan. Sehingga Pemerolehan bahasa pertama anak dan perkembangan
bahasa merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang
seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik dan orang tua.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian pemerolehan bahasa
anak?
2.
Bagaimanakah pemerolehan bahasa
pertama anak?
3.
Bagaimanakah proses pemerolehan
bahasa pertama anak?
4.
Bagaimanakah Bahasa Indonesia dalam
pemerolehan bahasa anak-anak?
5.
Bagaimanakah tahap-tahap
perkembangan bahasa anak?
6.
Faktor apa sajakah yang mempengaruhi
bahasa anak?
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PEMEROLEHAN BAHASA
Pemerolehan bahasa terbentuk dari
kata "pemerolehan" dan kata "bahasa". Dalam kamus besar
bahasa Indonesia (KBBI), pemerolehan bermakna proses, cara, perbuatan
memperoleh. Kata memperoleh tersebut di dalam KBBI bermakna mencapat (mencapai
dst) sesuatu dengan usaha. Dengan demikian maka pemerolehan bermakna proses,
cara, perbuatan mencapat sesuatu dengan usaha.
Dalam konteks ini,
yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan
berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa
melalui kegiatan pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan pemerolehan
bahasa ini ditandai oleh hal-hal berikut.
1.
Berlangsung dalam situasi
informal,tanpa beban, dan di luar sekolah.
2.
Pemilikan bahasa tidak melalui
pembelajaran formal di lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3.
Dilakukan tanpa sadar.
4.
Dialami langsung oleh anak dan
terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna.
B.
PEMEROLEHAN
BAHASA PERTAMA ANAK
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa
ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan
bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa
pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses
performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh
setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan
pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi
adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi
terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan
kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau
mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan
melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).
C.
TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA
PERTAMA ANAK
Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan
tiba-tiba memiliki tata bahasa pertama dalam otaknya dan lengkap dengan semua
kaidahnya. Bahasa pertama di perolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap
berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa.
1.
Vokalisasi Bunyi
Pada umur
sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan,
rengekan, dekur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan
atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya
karena memang belum terdengar dengan jelas. Bunyi yang dihasilkan oleh bayi ini
adalah bunyi-bunyi prabahasa/dekur/vokalisasi bahasa/tahap cooing.
Setelah
tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celoteh merupakan
ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da. Adapun
umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti. Pada tahap celoteh
ini, anak sudah menghasilkan vokal dan konsonan yang berbeda. Mereka juga mulai
mencampur konsonan dengan vokal. Begitu anak melewati periode mengoceh, mereka
mulai menguasai segmen-segmen fonetik ( memproduksi bunyi) yang merupakan balok bangunan yang
dipergunakan untuk mengucapkan perkataan. Mereka belajar bagaimana mengucapkan
kata-kata.
Tahap
celoteh ini penting artinya karena anak mulai belajar menggunakan bunyi-bunyi
ujaran yang benar dan membuang bunyi ujaran yang salah. Dalam tahap ini anak
mulai menirukan pola-pola intonasi kalimat yang diucapkan oleh orang dewasa.
2.
Tahap Satu-Kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan.
Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu
pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak
mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. pada
usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna
dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut
tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang
diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya
minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di
sini). Mula-mula, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di
situ, tetapi sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?”
dan “Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama”.
Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini
mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu
sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu
perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata
yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-konsonan yang mudah dilafalkan seperti
m,p,s,k dan vokal-vokal seperti a, i, u, e, o.
3. Tahap
Dua-Kata, Satu Frase
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang
terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada
tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan
makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan
konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek +
predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan
jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat
terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani
sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor
patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.
4. Ujaran
Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda atau
disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan
mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan
pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip
dengan bahasa orang dewasa.
D.
BAHASA
INDONESIA DALAM PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
ANAK
1. Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama
Bahasa pertama seringkali disebut
dengan bahasa ibu. Penggunaan istilah bahasa ibu perlu mendapatkan koreksi
karena dalam hal ini terdapat berbagai kasus yang pada akhirnya menggugurkan
istilah bahasa ibu sehingga bahasa pertama disingkat menjadi B1. bahasa pertama
yang diperkenalkan adalah bahasa Indonesia karena bahasa itulah yang pertama
kali dikenal dan dikuasai anak sebagai sarana komunikasi verbalnya sejak bayi.
Jika diamati, gejala seperti itu
banyak kita jumpai pada saat ini, terutama pada keluarga yang tinggal di kota
besar atau di kota kecil. Hal tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
a)
Perkawinan antarpenutur bahasa yang
berbeda. Masing-masing pihak-pihak tidak saling memahami bahasa daerah
pasangannya.
b)
Perkawinan antarpenutur bahasa
daerah yang sama dengan situasi berikut.
c)
Lingkungan sosial sekitar keluarga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi.
d)
Lingkungan masyarakat sekitar
menggunakan bahasa daerah yang tidak dikuasai oleh keluarga itu (keluarga
pendatang).
e)
Lingkungan menggunakan bahasa daerah
yang sama dengan bahasa keluarga itu. Oleh karena pertimbangan praktis tertentu
maka bahasa yang digunakan dalam keluarga itu bahasa Indonesia.
f)
Perkawinan antarpenutur yang hanya
menguasai bahasa Indonesia.
2. Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Kedua
Pemerolehan 2 bahasa oleh seorang anak dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu
memperoleh bahasa secara serempak dan berurut. Pemerolehan 2 bahasa secara
serempak terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masayarakat bilingual
(menggunakan 2 bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam masyarakat multilingual
(menggunakan lebih dari 2 bahasa). Anak mengenal, mempelajari, dan menguasai
kedua bahasa secara bersamaan.
Pemerolehan
berurut 2 bahasa terjadi apabila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu
yang relatif berjauhan. Keberhasilan dari bahasa kedua ini ditentukan beberapa
faktor, yaitu faktor motivasi, usia, penyajian formal, bahasa pertama, serta
lingkungan.
E.
TAHAP-TAHAP
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Menurut buku Bidang Pengembangan
Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006 ) Tahap perkembangan bahasa anak dibagi ke
dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik.
1. Tahap Pralinguistik (Masa Meraban)
Pada tahap
ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi – bunyi
itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu. Akan tetapi secara
keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata dan makna tertentu.
Tahap
pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang dialami oleh anak
yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke dalam dua tahapan,
yaitu:
a.
Tahap
Meraba Pertama
Tahap meraba
pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian kelompok ini bersifat umum
dan tidak berlaku persis pada setiap anak.
b.
Tahap
Meraba Kedua
Usia 6 – 12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme
dalam ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh.
Celotehannya berupa pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba
ba/,ma ma ma/, dad a da.Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia
6 bulan sampai satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakan –
gerakan. Cara berkomunikasi pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak
hanya menoleh, tersenyum dan menangis saja tapi ditambah dengan memegang,
mengangkat atau menunjuk.
2. Tahap Linguistik
Tahap
linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada tahapan
ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap
linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni:
a.
Tahapan
Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap
ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini disebut
holofrase, karena anak – anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat
dalam suatu kata yang diucapkannya itu.
Contoh :
VERSI SATU KATA
|
VERSI LENGKAP
|
Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya)
|
Minta
(mau) minum
|
Akut! (sambil menunjuk laba - laba)
|
Saya takut
laba – laba
|
Takit!(sambil mengacungkan jarinya)
|
Jariku
sakit
|
b.
Ucapan Dua
Kata
Berlangsung
sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini memasuki tahap pertama kali
mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin ia
sampaikan adalah bertanya dan meminta. Pada masa ini, kosakata dan gramatika
anak berkembang dengan cepat. Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa
yang dituturkan anak hanyalah kata – kata yang penting saja, seperti kata
benda, kata sifat, dan kata kerja.
Contoh :
VERSI 2 KATA
|
VERSI LENGKAP
|
Mamah, makan!
|
Mama, saya mau makan
|
Ajar, bobo!
|
Fajar mau tidur!
|
Bapa, ana?
|
Bapak mau pergi ke mana?
|
Mau ueh!
|
Saya mau kueh!
|
c.
Pengembangan
Tata Bahasa
Perkembangan
anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini ditandai dengan
penggunaan kalimat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh
anak usia sekita 2 sampai 5 tahun.
d.
Tata Bahasa
Menjelang Dewasa
Tahap
perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah
berumur antara 5 – 10 tahun. Pada tahap ini anak – anak sudah mulai menerapkan
struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih
rumit.
Tahap – tahap perkembangan di atas, berkembang pula
penguasaan mereka atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu,
terdiri atas subsistem berikut:
a)
Fonologi yaitu pengetahuan tentang
pelafalan dan penggabungan bunyi – bunyi tersebut sebagai sesuatu yang
bermakna.
b)
Gramatika (tata bahasa) yaitu
pengetahuan tentang aturan pembentukan unsure tuturan.
c)
Semantik leksikal(kosa kata) yaitu
pengetahuan tentang kata untuk mengacu kepada sesuatu hal.
d)
Pragmatik yaitu pengetahuan tentang penggunaan
bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan.
F.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Secara rinci dapat diidentifikasi
sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1.
Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan
mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan
pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran
dengan bahasa seseorang.
2.
Pola Komunikasi Dalam Keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak
arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
3.
Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga,
perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi
dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain
selain keluarga inti.
4.
Posisi Urutan Kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di
tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini
disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu
hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5.
Pemakaian dua bahasa
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan
bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya
ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa
menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan
bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bukunya
“Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa
perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan,
intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa
pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan
pembelajaran formal
2. Posisi
bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa anak disajikan dalam gambaran umum
sebagai berikut,
1) Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Pertama
2) Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Kedua
3. Menurut buku
Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006) Tahap perkembangan bahasa
anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik
1) Tahap
Pralinguistik (Masa Meraban)
a) Tahap Meraba
Pertama
b) Tahap Meraba
Kedua
2) Tahap
Linguistik
a) Tahapan
Holofrasis (tahap satu kata)
b) Ucapan Dua
Kata
c) Pengembangan
Tata Bahasa
d) Tata Bahasa
Menjelang Dewasa
4.
Secara rinci
dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu:
1)
Kognisi
(Proses Memperoleh Pengetahuan)
2)
Pola
Komunikasi Dalam Keluarga
3) Jumlah Anak
Atau Jumlah Keluarga
4) Posisi
Urutan Kelahiran
5)
Kedwibahasaan(Pemakaian
dua bahasa)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Campbel, dkk. 2006. Metode
Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press
2.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian
Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
3.
Dardjowidjojo, Soenjonp. 2005.
Psikolinguistik:Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor
Referensi