Jumat, 25 Januari 2019

Makalah Dakwah Pencerahan dan Membangun Keluarga Indonesia


DAKWAH PENCERAHAN
DAN MEMBANGUN KELUARGA INDONESIA


Description: Image result for logo stkip muhammadiyah bogor


KELOMPOK 2
Diajukan Untuk  Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan
Oleh:
1.      Idoh (0142S1D017054)
2.      Ika Rosyta (0142S1D017055)
3.      Elly Muslihah (0142S1D017056)
4.      Neni Indriyani (0142S1D017057)

Dosen Pengampu : Didin Mahyudin, M. Pd.
.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-PAUD)
STKIP MUHAMMADIYAH BOGOR
TAHUN 2018


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
            Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tugas Ujian Tengah Semester (UTS) pada Mata Kuliah “Kemuhammadiyahan” dengan dosen pengampu Bapak Didin Mahyudin, M. Pd.
Dalam makalah ini akan disajikan materi yang diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
            Penyusun sangat sadar makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu penyusun sangat terbuka sekali bagi berbagai kritikan dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya penyusun mohon maaf atas segala kekurangannya dan mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

                                                                                          Bogor,    Nopember  2018


                                                                                                   Penulis












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................  i
DAFTAR ISI ..............................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................  1
B. Rumusan Masalah .........................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian dakwah pencerahan bagi keluarga Indonesia ................  3
2.      Konversi agama karena miskin. .......................................................  4
3.      Keluarga sebagai pondasi bangsa Indonesia.................................... 5
4.      Konsep keluarga ideal menurut Islam .............................................  5
5.      Potret keluarga Indonesia ...............................................................  6
6.      Konsep dan strategi dakwah pencerahan......................................... 7
7.      Dakwah pencerahan sebagai solusi strategis keluarga
Indonesia berkemajuan.................................................................... 8
BAB III PENUTUP ...................................................................................  11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12












                       


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah. Muhammadiyah berasas Islam. Dengan karakter tersebut Muhammadiyah menegaskan dirinya sebagai Gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid. Sedangkan maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sejak awal berkomitmen dan berkiprah untuk memajukan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.
Menurut Mukti Ali, latarbelakang berdirinya Muhammadiyah dapat disimpulkan dalam empat segi: (1) ketidakbersihan dan campuraduknya kehidupan agama Islam di Indonesia, (2) ketidakefektifannya lembaga-lembaga pendidikan agama, (3) aktifitas dari misi-misi Katholik dan Protestan, dan (4) sikap acuh tak acuh, malah kadang-kadang merendahkan dari golongan intelegensia terhadap Islam. Dengan latarbelakang sosiologis yang demikian maka kelahiran Muhammadiyah menurut Mukti Ali memiliki misi gerakan dan orientasi amaliah sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar (Ali, 1958: 20).
Dari latar belakang dan misi Muhammadiyah awal itu maka gerakan Islam ini melakukan langkah-langkah di bidang pemahaman dan pembinaan keagamaan, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan amal usaha yang terus berkembang hingga saat ini, yang semuanya berbasis pada pandangan Islam yang berkemajuan.


B.  Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian dakwah pencerahan bagi keluarga Indonesia ?
2.      Konversi agama karena miskin.
3.      Keluarga sebagai pondasi bangsa Indonesia.
4.      Bagaimana konsep keluarga ideal menurut Islam?
5.      Bagaimana potret keluarga Indonesia?
6.      Konsep dan strategi dakwah pencerahan.
7.      Dakwah pencerahan sebagai solusi strategis keluarga Indonesia berkemajuan.























BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Dakwah Pencerahan Bagi Keluarga Indonesia
Menurut Prof Dr Din Syamsuddin, dakwah pencerahan (da’wah tanwiriyyah) yaitu dakwah yang membebaskan (tahrir), memberdayakan (taqwiyah), dan memajukan (taqdim). Inilah tiga kunci dakwah pencerahan gerakan Muhammadiyah.
Dakwah Islam mengandung arti panggilan, seruan, dan ajakan untuk berislam, atau menjadikan Islam sebagai way of life sekaligus sistem nilai yang mengatur kehidupan ini. Syariat Islam itu sendiri, menurut Ibnu Taimiyah dalam Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, dibumikan untuk mewujudkan dan menyempurnakan kemaslahatan hidup, sekaligus menolak dan meminimalkan kerusakan dan kebangkrutan hidup manusia. Tujuan utama dakwah Islam adalah mewujudkan tatanan kehidupan manusia yang penuh kemaslahatan (kebaikan dan kebahagiaan), bukan kemafsadatan (kerusakan) dan kebangkrutan.
Dakwah Islam itu, pertama-tama harus berorientasi kepada pembebasan manusia dari kegelapan hidup (zhulumat) menuju cahaya pencerahan (nur), yaitu dari kegelapan kekufuran menuju cahaya iman; dari kemaksiatan menuju cahaya ketaatan; dan dari kebodohan menuju cahaya ilmu pengetahuan. Kedua, dakwah Islam diaktualisasikan dalam bentuk penyampaian misi Islam secara sempurna kepada umat manusia. Ketiga, menjaga dan melindungi agama Islam dari kesia-siaan dan penakwilan orang-orang yang tidak memahaminya dengan baik. Keempat, dakwah Islam juga berperan mewujudkan rasa aman, perdamaian, dan stabilitas sosial politik di negeri Muslim maupun non-Muslim.
Dakwah pencerahan merupakan paradigma baru mendakwahkan Islam sebagai sumber nilai, ajaran, dan spirit gerakan. Dakwah pencerahan Muhammadiyah bukan semata-mata tabligh (menyampaikan ajaran), melainkan ikhraj wa tahrir (membebaskan) manusia dari segala bentuk keyakinan palsu yang menyelimuti hati dan pikirannya. Pada tataran tahrir, dakwah pencerahan tidak hanya menyelamatkan akidah Islam, melainkan juga membangun sistem keyakinan yang benar, kokoh, dan terbebas dari segala bentuk kemusyrikan, seperti syirik teologi, politik, sosial ekonomi, bahkan syirik hawa nafsu.
Gerakan pencerahan Muhammadiyah dalam rangka menuju Indonesia berkemajuan haruslah bermuara dari gerakan ilmu pengetahuan, gerakan memberantas kebodohan dan kejumudan fikiran serta perbuatan. Dengan ilmu semua yang nampak sulit akan menjadi mudah, dengan ilmu yang akan tersesat akan selamat, dan dengan ilmu hidup akan lebih tertata, terarah dan lebih cerah. Lebih jauh karena ilmu itu mendahului perkataan dan perbuatan (Al ‘ilmu qobla qouli wal amali) dan terlarang bagi kita melakukan dan mengikuti sesuatu tanpa ilmu karena semuanya akan dimintakan pertanggung jawaban, sesuai dengan Q.S. Al-Isra ayat 36,

Description: Hasil gambar untuk QS. 17: 36
 Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. 

2. Konversi Agama Karena Miskin
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan merupakan penyakit yang sangat berbahaya bukan hanya bagi negara tetapi juga bagi keselematan dan keutuhan aqidah. Kemiskinan menyebabkan kekufuran, terutama jika si miskin hidup di tengah-tengah orang kaya yang tidak memperdulikan nasib mereka.
Sebagai contoh seperti yang terjadi di Kampung Balangbuki Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kristen yang ada di Balangbuki lebih banyak mempergunakan bidang ekonomi untuk mempengaruhi umat Islam supaya tertarik pada agamanya dan selanjutnya meninggalkan agama Islam. Jumlah jemaat gereja bala keselamatan adalh 35 orang 10 orang diantaranya adalah merupakan pelaku konversi agama. Hal ini disebabkan karena kondisi masyarakat di balangbuki mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ada akhirnya agama kristen datang dan memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, jalan pengerasan dan pipa air.

3. Keluarga Sebagai Pondasi Bangsa Indonesia
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, peran keluarga sangat menentukan kualitas bangsa, ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian individu. Kalau di ibaratkan keluarga merupakan sebuah pondasi untuk tumbuh dan berkembanganya sebuah bangsa. Jika pondasinya kuat dan kokoh, maka bangunan diatasnya dapat berdiri tegak, awet dan tahan terhadap guncangan. Pondasi yang kuat haruslah berawal dari keluarga-keluarga yang berkualitas dan tangguh, sehingga tercipta ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Mukti Ali, cara untuk membangun negara yang makmur adalah dengan membangun keluarga yang makmur. Rumah tangga merupakan unit terkecil dari negara. Oleh karena itu dalam pembangunan negara, rumah tangga harus mendapat perhatian yang istimewa. 1
Dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) dijelaskan bahwa keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa, tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif untuk mewujudkan keluarga sakinah sehingga  terbentuk gerakan jamaah dan dakwah jamaah.

4. Konsep Keluarga Ideal Menurut Islam
Keluarga ideal biasa disebut juga dengan istilah keluarga sakinah. Keluarga sakinah dapat didefinisikan sebagai “Bangunan keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat di Kantor Urusan Agama yang dilandasi rasa saling menyayangi dan menghargai dengan penuh

 

1 Mukti Ali, rumah tangga sejahtera bahagia dan pembangunan negara, dalam buku Membina Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara, 1993), hlm. 52-56
rasa tanggung jawab dalam menghadirkan suasana kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai Allah SWT”.
Dalam membangun keluarga sakinah perlu dilandaskan pada lima asas yaitu : ”Asas karamah insaniyah, asas pola hubungan kesetaraan, asas keadilan, asas mawaddah wa rahmah, serta asas pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia akhirat (al-falah).
Untuk mewujudkan masyarakat yang berkemajuan, memerlukan kehadiran satuan-satuan keluarga sakinah sebgai modal terwujudnya qaryah thayyibah yang memiliki karakeristik sebagai  berikut:
1.    Mesjid sebagai pusat ibadah, pelayanan sosial dan menjadi pusat kegiatan masyarakat.
2.    Masyarkat memiliki tingkat pendidikan yang maju.
3.    Masyarkat memiliki berbagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi  keluarganya.
4.    Masyarkat memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
5.    Masyarkat memiliki hubungan sosial yang harmonis.
6.    Masyarkat memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
7.    Masyarkat memiliki kesadaran hukum dan politik yang tinggi.
8.    Masyarkat memiliki kehidupan kesenian dan kebudayaan yang Islami yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
9.    Masyarakat mampu memanfaatkan tekologi dan informasi yang ada untuk kemajuan dan kemakmuran masyarakat.

5. Potret Keluarga Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di lndonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen dari jumlah total penduduk). Ditengarai bahwa angka tersebut bertambah 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen).

Meski secara presentase angka kemiskinan mengalami penurunan, namun secara jumlah angka tersebut mengalami kenaikan.2
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tasikmalaya, kemiskinan di Kota Tasikmalaya mencapai 17,19 persen dari jumlah penduduk 651.676 jiwa. Kemudian, di 2014 catatan BPS menunjukkan angka kemiskinan menurun dari 17,19 persen menjadi 15,95 persen dari 654.794 jiwa. Selain itu, rata-rata lama sekolah (RLS) masyarakat Kota Tasikmalaya hanya 8.89 tahun pada 2013, 8.90 tahun pada 2014 dan 8.93 tahun pada 2015.3

6. Konsep dan Strategi Dakwah Pencerahan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah diartikan sebagai penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.
Muhammadiyah memahami kata dakwah sebaagai panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah, yaitu jalan menuju Islam. Dakwah juga dimaknai sebagai upaya tiap muslim untuk merealisasikan fungsi kerisalahan dan kerahmatan.
Muhammadiyah mengelompokkan objek dakwah menjadi empat kelas masyarakat yaitu kelas elit, menengah, bawah dan marjinal sehingga Muhammadiyah mengajukan konsep dakwah sosial. Konsep dakwah sosial yaitu kegiatan dakwah dalam kegiatan-kegiatan sosial yang tidak hanya berupaya memperkuat pemahaman keagamaan masyarakat terkait dengan hal-hal ibadah mahdlah, melainkan juga kegiatan yang memberikan ruang bagi mereka untuk memperkuat kohesi sosial, mengembangkan diri dan kepercayaan diri, meningkatkan optimisme, serta serta kegiatan keagamaan yang dirasakan dampak sosial dan ekonominya secara lebih nyata.
 
2 Lihat https://bisnis.tempo.co/read/892130/maret-2017-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-capai-2777-juta/full&view=ok
Salah satu bentuk dakwah yang dapat dilakukan untuk kelompok marjinal yaitu dengan menjadikan dan memasukan mereka sebagai bagian dari program-program sosial lembaga keagamaan, seperti dalam pendistribusian zakat infak dan sedekah (ZIS), santunan serta beasiswa khusus anak-anak jalanan atau anggota dari keluarga kelompok marjinal tersebut.
Menurut M. Din Syamsudin, bahwa dakwah Muhammadiyah disebut sebagai dakwah pencerahan, karena Muhammadiyah membawa konsep Islam Berkemajuan dalam tiga tahap yaitu membebaskan manusia, memberdayakan, dan memajukan.

7. Dakwah Pencerahan sebagai Solusi Strategis Keluarga Indonesia Berkemajuan
Menurut Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam usaha mengimplementasikan pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah dapat dilakukan langkah-langkah berikut: 8
Pertama, memahamkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya meningkatkan usaha-usaha untuk memahami dan memasyarakatkan Risalah Islamiyah dan berbagai pemikiran resmi dalam Muhammadiyah, yang mengandung pandangan Islam yang berkemajuan. Konsep Risalah Islamiyah telah mulai disusun dan penting untuk dilanjutkan.
Kedua, mengembangkan tradisi keilmuan. Artinya melakukan berbagai ikhtiar untuk meningkatkan tradisi keilmuan dan melakukan kajian-kajian pemikiran melalui berbagai diskusi, halaqah, seminar, dan berbagai forum sejenis untuk memperdalam dan memperluas wawsan pemikiran di lingkungan Muhammadiyah. Anggota Muhammadiyah, lebih-lebih para kader dan pimpinannya, dituntut untuk memiliki tradisi keilmuan yang tinggi sebagai wujud dari gerakan Islam yang berkemajuan. Termasuk membudayakan gemar membaca sebagai bagian dari tradisi keilmuan di kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah perlu menggelorakan kebiasaan membaca, sehingga memahami perkembangan pemikiran dan berbagai hal yang bersifat aktual dalam kehidupan saat ini. Jika tradisi membaca meluas maka tidak akan ketinggalan dalam wacana pemikiran dan perkembangan kehidupan, apalagi merasa bingung dan cemas dalam menghadapi perkembangan aktual. Inilah tradisi iqra dan thalabul-ilmi yang diajarkan Islam, yang dalam sejarah telah membangun peradaban dan kejayaan Islam di era keemasan. Jika anggota Muhammadiyah tidak memiliki tradisi membaca dan memahami pemikiran yang bersifat klasik maupun kontemporer, maka akan mudah kehilangan arah atau orientasi dalam bermuhammadiyah, bahkan akan mudah terbawa arus oleh berbagai pemikiran dan gerakan yang berkembang di sekitar.
Ketiga, memasyarakatkan pandangan Islam yang berkemajuan ke luar. Anggota Muhammadiyah penting untuk mengkomunikasikan, mendialogkan, dan memperluas sebaran pemikiran atau pandangan Islam yang berkemajuan ke masyarakat luas. Melalui tulisan di media massa, jejaring sosial, pengajian, pengkajian, seminar, diskusi, dan berbagai media publikasi lainnya hendaknya senantiasa dipopulerkan dan dikembangkan pandangan Islam yang berkemajuan. Hal itu sangat diperlukan selain untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan pemikiran Islam yang dikembangkan Muhammadiyah, pada saat yang sama untuk mengimbangi dan memperkaya pemikiran-pemikiran Islam yang selama ini berkembang dan meluas di masyarakat khususnya di lingkungan umat Islam.
Keempat, al-ishlah fi al-’amal, yakni selalu memperbarui amaliah Islam. Dalam hal ini bagaimana Muhammadiyah mewujudkan pandangan Islam yang berkemajuan dalam amaliah sebagaimana tercermin dalam akksi gerakannya. Muhammadiyah dengan seluruh majelis, lembaga, organisasi otonom, dan amal usahanya penting untuk mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Islam yang berkemajuan dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh gerakan ini. Amal usaha, program, dan kegiatan di seluruh lingkungan Muhammadiyah haruslah mencerminkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya baik yang sudah dilaksanakan selama ini maupun yang hendak dikembangkan hendaknya pengelolaan dan model yang dikembangkan dalam amal usaha, program, dan kegiatan seluruh institusi di lingkungan Muhammadiyah harus lebih baik, unggul, dan utama daripada gerakan-gerakan lain.
Kelima, Implementasi dalam praksis gerakan. Terkait dengan langkah keempat, bagaimana Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan mewujudkan amaliah praksis. Istilah praksis (praxis) dalam ilmu sosial kritis yakni tindakan emansipatoris atau tindakan pembebasan yang berbasis pada refleksi. Refleksi dalam mazhab kritis ialah teori atau perspektif berpikir yang selain dibangun di atas Ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, juga berorientasi pada tindakan yang konkret yang membebaskan kehidupan manusia dari segela bentuk belenggu. Karena itu praksis bukanlah tindakan praktis semata, tetapi praktis yang berbasis pemikiran. Dalam tradisi pemikiran Muhammadiyah, praksis berarti perpaduan antara “ilmu amaliah” dan “amal ilmiah”. Dalam pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara “iman dan amal shaleh” yang begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang menunjukkan bahwa Islam itu agama yang mempertautkan hablu-minallah dan halu-minannas secara menyatu dan menyeluruh.

















BAB III
PENUTUP

Muhammadiyah itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang berkemajuan. Dalam pandangan keislaman Muhammadiyah menyeimbangkan antara pemurnian atau peneguhan dan pengembangan atau pembaruan, sehingga seimbang tetapi kaya dengan nilai kemajuan. Inilah karakter utama Muhammadiyah, yakni ideologi Islam yang berkemajuan.
Bahwa Muhammadiyah memandang Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan, yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah untuk menghadapi perkembangan zaman.
             



DAFTAR PUSTAKA

Mukti Ali. 1958. Interpretasi Tentang Amalan-Amalan Muhammadiyah, Jakarta, Majelis Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Raya.
Dr. Haedar Nashir. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Yogyakarta, Surya Sarana Grafika 
Kyai Syuja’. 2009. Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Masa Awal, Banten, Al-Wasath
Mitsuo Nakamura, et al. 2005. Muhammadiyah Menjemput Perubahan, Jakarta, Kompas Media Nusantara
Solichin Salam, 1962. KH. Ahmad Dahlan : Tjita-Tjita dan Perjoangannya, Jakarta, Depot Pengadjaran Muhammadijah
https://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/14/11/19/nf9y4n18-muhammadiyah-dan-dakwah-pencerahan
http://sangpencerah.id/2015/07/membangun-indonesia-berkemajuan-dala/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar